A. Kambing
1. Kambing Kacang
Jenis kambing ini adalah salah satu ras unggul kambing yang pertama kali
dikembangkan di Indonesia. Kambing kacang merupakan kambing lokal
Indonesia, kambing ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
kondisi alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang tinggi pula.
Kambing kacang jantan dan betina keduanya merupakan tipe kambing
pedaging.
Ciri-ciri kambing kacang :
- Memiliki tubuh yang relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil.
- Posisi telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek.
- Umumnya memiliki warna bulu tunggal putih, hitam, coklat, atau kombinasi ketiganya.
- Kambing jantan maupun betina memiliki dua tanduk pendek.
- Berat tubuh jantan dewasa dapat mencapai 30 kg, serta betina dewasa mencapai 25 kg.
- Tinggi kambing jantan 60 – 65 cm, sedangkan yang betina 56 cm.
- Memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada ekor dan dagu,
pada kambing jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang garis leher,
pundak dan punggung sampai ekor dan pantat.
2. Kambing Ettawa (Kambing Jamnapari)
Kambing
Ettawa atau dikenal juga dengan nama Kambing Jamnapari, merupakan jenis
kambing unggul yang dapat diternakkan sebagai kambing penghasil susu
maupun sebagai kambing penghasil daging. Kambing Ettawa ini didatangkan
dari India.
Adapun ciri-ciri kambing Ettawa :
- Badannya besar, tinggi gumba kambing jantan 90 cm hingga 127 cm dan yang betina mencapai 92 cm.
- Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan betina hanya mencapai 63 kg.
- Telinganya panjang dan terkulai ke bawah.
- Dahi dan hidungnya cembung.
- Kambing jantan maupun betina bertanduk pendek.
- Kambing Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.
3. Kambing Jawarandu
Kambing Jawarandu (Jawa Randu) memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo
dan Kacukan. Kambing ini merupakan hasil silangan dari kambing
peranakan Ettawa dengan kambing Kacang, namun sifat fisik kambing
kacangnya yang lebih dominan. Untuk menghemat biasanya peternak susu
kambing memilih kambing ini untuk diternakkan dan diambil susunya.
Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari.
Ciri-ciri kambing Jawarandu :
- Memiliki tubuh lebih kecil dari kambing ettawa, dengan bobot kambing
jantan dewasa dapat lebih dari 40 kg, sedangkan betina dapat mencapai
bobot 40 kg.
- Baik jantan maupun betina bertanduk.
- Memiliki telinga lebar terbuka, panjang dan terkulai.
- Baik jantan maupun betina merupakan tipe pedaging dan penghasil susu.
4. Kambing PE (Peranakan Etawa)
Kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing Etawa dengan
kambing lokal/Kacang, dengan tujuan lebih mampu beradaptasi dengan
kondisi Indonesia. Kambing ini dikenal sebagai kambing PE (Peranakan
Etawa), dan saat ini juga dianggap sebagai kambing Lokal.
Kambing PE berukuran hampir sama dengan Etawa namun lebih adaptif
terhadap lingkungan lokal Indonesia. Tanda-tanda tubuhnya berada
diantara kambing Kacang dan kambing Etawa. Jadi ada yang lebih ke arah
kambing Etawa, dan sebagian ada yang lebih ke arah kambing Kacang.
Kambing ini awalnya tersebar di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa,
dan saat ini hampir di seluruh Indonesia. Pejantan mempunyai sex-libido
yang tinggi, sifat inilah yang membedakan dengan kambing Etawa.
Ciri-ciri kambing Peranakan Etawa :
- Warna bulu belang hitam, putih, merah, coklat dan kadang putih.
- Badannya besar sebagaimana Etawa, bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan betina mencapai 63 kg.
- Telinganya panjang dan terkulai ke bawah, bergelambir yang cukup besar
- Dahi dan hidungnya cembung.
- Kambing jantan maupun betina bertanduk kecil/pendek.
- Daerah belakang paha, ekor dan dagu berbulu panjang
- Kambing Peranakan Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.
5. Kambing Boer
Habitat
Kambing Boer aslinya berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi
ternak yang ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata “Boer”
artinya petani. Kambing Boer merupakan kambing pedaging yang
sesungguhnya karena pertumbuhannya sangat cepat.
Kambing ini pada umur lima hingga enam bulan sudah dapat mencapai
berat 35 – 45 kg, dengan rata-rata pertambahan berat tubuh antara 0,02 –
0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari
induk dan ransum pakan sehari-harinya. Kambing Boer jantan akan tumbuh
dengan berat badan 120 – 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun),
sedangkan Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 – 90
kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk.
Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase daging pada
karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% – 50% dari berat
tubuhnya.
Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar,
panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung,
bertelinga panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau
coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis
putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi
dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung.
Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari.
Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai
dari suhu sangat dingin (-25 derajat celcius) hingga sangat panas (43
derajat celcius) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu
lingkungan. Tahan terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan semak
belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput. Secara
alamiah mereka adalah hewan yang suka meramban sehingga lebih menyukai
daun-daunan, tanaman semak daripada rumput.
Kambing Boer Jantan
Boer jantan bertubuh kokoh dan kuat sekali. Pundaknya luas dan ke
belakang dipenuhi dengan pantat yang berotot. Boer jantan dapat kawin di
bulan apa saja sepanjang tahun. Mereka berbau tajam karena hal ini
untuk memikat betina. Seekor pejantan dapat aktif kawin pada umur 7-8
bulan, tetapi disarankan agar satu pejantan tidak melayani lebih dari 8 –
10 betina sampai pejantan itu berumur sekitar satu tahun. Boer jantan
dewasa (2 – 3 tahun) dapat melayani 30 – 40 betina. Disarankan agar
semua pejantan dipisahkan dari betina pada umur 3 bulan agar tidak
terjadi perkawinan yang tidak direncanakan. Seekor pejantan dapat
mengawini hingga selama 7 – 8 tahun.
Kambing Boer Betina
Boer betina tumbuh seperti jantan, tetapi tampak sangat feminin dengan
kepala dan leher ramping. Ia sangat jinak dan pada dasarnya tidak banyak
berulah. Ia dapat dikawinkan pada umur 10 – 12 bulan, tergantung besar
tubuhnya. Kebuntingan untuk kambing adalah 5 bulan. Ia mampu melahirkan
anak-anak tiga kali dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat
menghasilkan 1 – 2 anak. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan
beranak kembar dua, tiga, bahkan empat.
Boer induk menghasilkan susu dengan kandungan lemak sangat tinggi
yang cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika anaknya berumur 2½ – 3½
bulan induk mulai kering. Boer betina mempunyai dua hingga empat puting,
tetapi kadangkala tidak semuanya menghasilkan susu. Sebagai ternak yang
kawinnya tidak musiman, ia dapat dikawinkan lagi tiga bulan setelah
melahirkan. Birahinya dapat dideteksi dari ekor yang bergerak-gerak
cepat disebut “flagging”. Boer betina mampu menjadi induk hingga selama 5
– 8 tahun.
6. Kambing Saanen
Kambing Saanen ini aslinya berasal dari lembah Saanen, Swiss
(Switzerland) bagian barat. Merupakan salah satu jenis kambing terbesar
di Swiss dan penghasil susu kambing yang terkenal. Sulit berkembang di
wilayah tropis karena kepekaannya terhadap matahari. Oleh karena itu di
Indonesia jenis kambing ini disilangkan lagi dengan jenis kambing lain
yang lebih resisten terhadap cuaca tropis dan tetap diberi nama kambing
Saanen, antara lain dengan kambing peranakan etawa.
Ciri-ciri kambing Saanen :
- Bulunya pendek berwarna putih atau krim dengan titik hitam di hidung, telinga dan di kelenjar susu.
- Hidungnya lurus dan muka berupa segitiga.
- Telinganya sederhana dan tegak ke sebelah dan ke depan.
- Ekornya tipis dan pendek.
- Jantan dan betinanya bertanduk.
- Berat dewasa 68-91 kg (Jantan) dan 36kg – 63kg (Betina), tinggi
ideal kambing ini 81 cm dengan berat 61 kg, di saat tingginya 94 cm
beratnya 81 kg.
- Produksi susu 740 kg/ms laktasi.
7. Kambing Gembrong
Kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem.
Pertama kali melihat hewan ini seperti melihat anjing berbulu panjang
dan lebat, padahal kambing. Melihat badannya memang mirip kambing,
tetapi bila melihat bulunya yang lebat mirip anjing. Dari badan hingga
kepala, hewan ini juga hampir tertutup seluruhnya oleh bulu. Itulah
kambing Gembrong, kambing asal Bali yang hampir punah.
Ciri khas kambing Gembrong jantan berbulu panjang
lebat dan mengkilap, yang tumbuh mulai dari kepala hingga ekor. Bila
dibiarkan, panjang bulu bisa mencapai 25—30 cm. Setiap 12—16 bulan
sekali, bulunya mesti dicukur. Jika tidak, bulu bagian kepala dapat
menutupi mata dan telinga, sehingga akan mempersulit kambing saat makan.
Sedangkan bentuk dan ukuran tubuh kambing betina mirip kambing
kacang. Tapi pada bagian bawah perut melebar. Kambing gembrong betina
juga bertanduk, namun lebih pendek dan oval. Rambut panjang terdapat
pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek
berkisar 2-3 cm.
Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih sebagian
berwarna coklat muda dan coklat. Pola warna tubuh kebanyakan satu warna,
sebagian lagi dua – sampai tiga warna. Tinggi kambing (gumba) 58 – 65
cm, bobot badan kambing dewasa 32-45 kg. Kambing jantan berjumbai pada
dahi. Jumbai terkadang menutup mata dan muka kambing.
Kambing gembrong ini dulunya merupakan persilangan antara kambing
Kashmir dengan kambing Turki. Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali dari
luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali, yang kemudian
berkembang sampai sekarang di daerah Bali.
Beberapa peternak mencoba menyilangkan kambing Gembrong dengan
kambing Peranakan Ettawah (PE). Dari persilangan itu dihasilkan kambing
gettah alias gembrong ettawah.
8. Kambing Boerawa
Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawah (PE) betina.
Ternak hasil persilangan kedua jenis kambing tadi disebut dengan
Boerawa yakni singkatan dari kata Boer dan Peranakan Etawah. Kambing
hasil persilangan ini mulai berkembang dan banyak jumlahnya di Propinsi
Lampung, walaupun upaya persilangan antara kambing Boer dengan kambing
lokal telah dilakukan di beberapa propinsi lainnya seperti Sumatera
Utara dan Sulawesi Selatan.
9. Kambing Muara
Kambing ini dapat dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara.
Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan
sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih
dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara ini lebih besar
dari pada kambing Kacang dan kelihatan
prolifik. Kambing Muara
ini sering juga beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik).
Walaupun anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar tanpa pakai
susu tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat,
tidak terlalu jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat
dilahirkan. Hal ini diduga disebabkan oleh produksi susu kambing relatif
baik untuk kebutuhan anak kambing 4 ekor.
10. Kambing Kosta
Lokasi
penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten.
Kambing ini mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang-kadang
ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini dulunya
terbentuk dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing
impor).
Warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua, coklat muda, coklat
merah, abu-abu sampai hitam. Pola warna tubuh umumnya terdiri dari 2
warna, dan bagian yang belang umumnya didominasi oleh warna putih.
Kambing Kosta terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan
disekitarnya serta ditemukan pula dalam populasi kecil di wilayah
Tangerang dan DKI Jakarta. Selama ini masyarakat hanya mengenal Kambing
Kacang sebagai kambing asli Indonesia, namun karena bentuk dan performa
Kambing Kosta menyerupai Kambing Kacang, sering sulit dibedakan antara
Kambing Kosta dengan Kambing Kacang, padahal bila diamati secara seksama
terdapat perbedaan yang cukup signifikan.
Salah satu
ciri khas Kambing Kosta adalah
terdapatnya motif garis yang sejajar pada bagian kiri dan kanan muka,
selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh Kambing Kosta
yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada Kambing
Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada Kambing PE
dengan tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing Kosta
berbentuk besar ke bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk
dijadikan tipe pedaging. Saat ini populasi Kambing Kosta terus menyusut.
11. Kambing Marica
Kambing
Marica adalah suatu variasi lokal dari Kambing Kacang yang terdapat di
Provinsi Sulawesi Selatan, dan merupakan salah satu genotipe kambing
asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka
dan hampir punah (
endargement).
Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros,
Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi
Sulawesi Selatan. Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu
beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah
hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup
pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah
tanah berbatu-batu. Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah
telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing
kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.
12. Kambing Samosir (Kambing Putih, Kambing Batak)
Berdasarkan sejarahnya kambing Samosir ini dipelihara penduduk
setempat secara turun temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba,
Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk bahan upacara
persembahan pada acara keagamaan salah satu aliran kepercayaan aninisme (
Parmalim)
oleh penduduk setempat. Kambing yang dipersembahkan harus yang berwama
putih, maka secara alami penduduk setempat sudah selektif untuk
memelihara kambing mereka mengutamakan yang berwarna putih. Kambing
Samosir ini bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistem lahan kering
dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat
sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang topografinya berbukit,
ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik.
Tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26 – 32 kg;
panjang badan 57 – 63 cm; tinggi pundak 50 – 56 cm; tinggi pinggul 53 –
59 cm; dalam dada 28 – 33 cm dan lebar dada 17 – 20 cm.
Berdasarkan ukuran morfologi tubuh, kambing spesifik lokal Samosir
ini hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara, yang
membedakannya terhadap kambing Kacang yaitu penotipe warna tubuh yang
dominan putih dengan hasil observasi 39,18% warna tubuh putih dan 60,82%
warna tubuh belang putih hitam. Pemberian nama kambing Samosir pada
saat ini masih secara lokal dan dikenal dengan nama Kambing Putih atau
Kambing Batak.
B. Domba
1. Domba Garut (Domba Priangan)
Menurut
para pakar domba seperti Prof. Didi Atmadilaga dan Prof. Asikin
Natasasmita, bahwa Domba Garut merupakan hasil persilangan segitiga
antara domba lokal (asli Indonesia), Domba Cape/Capstaad (Domba Ekor
Gemuk atau Kibas) dari Afrika Selatan dan Domba Merino dari Asia Kecil.
Yang dibentuk kira-kira pada pertengahan abad ke 19 (±1854) yang
dirintis oleh Adipati Limbangan Garut.
Sekitar 70 tahun kemudian yaitu tahun 1926 Domba Garut telah menunjukan
suatu keseragaman, misalnya bentuk tanduk yang besar melingkar
diturunkan dari Domba Merino.
Pada awalnya domba priangan atau domba garut ini berkembang di
Priangan (Jawa Barat), terutama di daerah Bandung, Garut, Sumedang,
Ciamis, dan Tasikmalaya. Namun saat ini sudah berkembang di seluruh
pulau Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Domba ini dipelihara
selain sebagai domba potong atau domba pedaging, juga dipelihara sebagai
domba aduan.
Ciri-ciri domba garut :
- Bertubuh besar dan lebar, lehernya kuat, dahi konveks.
- Domba priangan jantan memiliki tanduk besar dan kuat, melengkung ke
belakang berbentuk spiral, dan pangkal tanduk kanan dan kiri hampir
menyatu. Sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk, panjang telinga
sedang, dan terletak di belakang tanduk.
- Domba jantan mempunyai berat 40-80 kg, sedangkan betina 30-40 kg.
- Kadang-kadang dijumpai adanya domba tanpa daun telinga.
- Keunggulan domba priangan ini adalah kulitnya merupakan salah satu kulit dengan kualitas terbaik di dunia,
selain itu dengan leher yang kokoh dan tubuh yang besar, kuat, domba
ini sesuai untuk domba aduan. Keunggulan lainnya adalah penghasil daging
yang sangat baik dan mudah dipelihara.
2. Domba Texel Wonosobo (Dombos)
Domba
Texel atau juga dikenal dengan nama Dombos yang artinya Domba Texel
Wonosobo. Pada bulan Juli 2009, peternak di Lampung Timur mendatangkan
75 ekor betina dan 1 pejantan domba Texel yang didatangkan dari daerah
Dieng Wonosobo, dan ternyata dapat beradaptasi dan berkembang biak
dengan baik di daerah Lampung Timur yang bersuhu panas.
Pada tahun 1954/1955 Pemerintah mendatangkan 500 ekor Domba Texel
dari Belanda dan dialokasikan ke beberapa daerah di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah (Baturaden Banyumas dan Tawangmangu Solo) dan Jawa Timur,
tetapi daerah tersebut tidak mampu mengembangkannya. Akhirnya tahun
1957, dipindahkan ke Daerah Wonosobo. Ternyata penduduk Wonosobo mampu
mengembangkan Domba Texel tersebut, akhir tahun 2006 populasi mencapai
8.753 ekor.
Domba Texel mempunyai ciri khas yang mudah dibedakan dari domba jenis
lain yaitu : Mempunyai bulu wol yang keriting halus berbentuk spiral
berwarna putih yang menyelimuti bagian tubuhnya kecuali perut bagian
bawah, keempat kaki dan kepala. Postur tubuh tinggi besar dan panjang
dengan leher panjang dan ekor kecil.
Domba Texel tergolong ternak unggulan yang berpotensi sebagai
penghasil daging. Bobot badan dewasa jantan dapat mencapai 100 kg dan
yang betina 80 kg dengan karkas sekitar 55 %. Dalam penggemukkan secara
intensif dapat menghasilkan pertambahan berat badan 265 – 285 gram/hari.
Masyarakat Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah telah banyak
merintis usaha penggemukan intensif terhadap Domba Persilangan Texel
dengan Domba Lokal, yang menghasilkan keuntungan memadai. Di samping itu
Domba Texel dapat menghasilkan bulu wool berkualitas sebanyak 1000
gram/ekor/tahun, yang dapat diolah sebagai komuditas yang mempunyai
nilai tambah. Di pedesaan Wonosobo yang potensial Domba texel telah
dirintis industri rumah tangga yang mengolah bulu wool Domba Texel.
Domba Texel tergolong ternak yang cepat berkembang biak, dapat
beranak pertama kali pada umur 15 bulan dan selanjutnya dapat melahirkan
setiap delapan bulan. Anak pertama cenderung tunggal dan anak
berikutnya kadang-kadang kembar dua. Domba Texel mempunyai karakter
genetik yang cenderung dominan. Di Kabupaten Wonosobo, Domba Texel telah
banyak memberi kontribusi genetik terhadap domba-domba lokal melalui
proses kawin silang, menghasilkan domba domba persilangan yang potensial
sebagai penghasil daging.
Kendala pengembangan Domba Texel justru karena tingginya permintaan
dari luar daerah yang disinyalir untuk di ekspor ke Malaysia. Hal ini
sebenarnya meningkatkan pamor dan nilai harga Domba Texel itu sendiri,
sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak dan pedagang
Domba Texel. Namun di sisi lain, bila pengeluaran ke luar daerah tak
dikendalikan, bisa mengancam terjadinya pengurasan ternak. Kendala lain,
perkembang biakan Domba Dexel masih tergantung pada kawin alam,
berhubung belum terdapatnya Produsen Frozen semen Domba Texel.
Pemerintah telah berupaya melestarikan Domba Texel melalui Program
Village Breeding Centre (VBC) Domba Texel yang meliputi kegiatan
pendataan, droping Domba Texel Gaduhan Pemerintah, sosialisasi dan
promosi pelestarian maupun teknik budidaya serta pelatihan pengolahan
bulu, kulit dan daging Domba Texel.
3. Domba Batur Banjarnegara (Domas)
Domba Batur (atau Domas) sebenarnya merupakan domba hasil persilangan
dari domba lokal yaitu domba Ekor Tipis (Gembel), domba Suffolk dan
domba Texel.
Pada
1984, kelompok tani ternak di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara,
Jawa Tengah, berusaha menyilangkan domba bantuan presiden dengan domba
lokal. Persilangan domba asal Tapos dan domba lokal menghasilkan
keturunan yang oleh warga dinamai domba Batur atau Domas.
Pada awalnya berkembang di daerah Banjarnegara dan menjadi ikon
Banjarnegara, dan sejak tahun 2009 mulai berkembang di beberapa daerah
Jawa dan Sumatera.
Domba batur jantan maupun betina adalah tipe domba potong yang merupakan penghasil daging yang baik.
Ciri-ciri Domba Batur :
- Tubuhnya besar dan panjang.
- Kaki cenderung pendek dan kuat.
- Domba jantan maupun betinanya tidak memiliki tanduk.
- Kulitnya relatif lebih tipis dibandingkan domba garut, kibas, atau gembel, namun bulunya tebal.
- Warna bulu dominan putih dan menutupi seluruh tubuhnya hingga bagian muka domba.
- Keunggulan utama domba Batur ini adalah berat badannya. Untuk domba
jantan dewasa berkisar antara 90-140 kg dan domba betina 60-80 kg, serta
tinggi badan domba jantan dapat mencapai 75 cm dan tinggi domba betina
60 cm.
Domba Batur ini memang istimewa montok/gemuk, pada umur dua tahun
domba jantan umumnya sudah bisa mencapai bobot 100 kg dan betina 80 kg.
Bahkan, domba jantan yang bagus dapat mencapai bobot 140 kg. Domba
dengan bobot seperti ini biasanya dijadikan pejantan.
Proporsi dagingnya (bukan karkas yang masih bertulang) juga tinggi.
Dagingnya lebih empuk dan lemaknya lebih tinggi. Untuk sate lebih bagus.
Domba Batur mulai dapat dikawinkan pada umur 8 bulan saat si betina
mencapai bobot 50—60 kg. Satu ekor pejantan mampu mengawini 10 ekor
betina. Betina bunting selama lima bulan dan rata-rata jumlah anaknya
1,5 ekor per kelahiran.
4. Domba Ekor Tipis (Domba Gembel)
Domba
ekor tipis dikenal sebagai domba asli Indonesia dan sering disebut
Domba Gembel, dalam Bahasa Inggris disebut Javanesse Thin-Tailed sheep.
Pada awalnya domba ini berkembang di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Barat, namun saat ini sudah berkembang di seluruh pulau jawa khususnya
dan Indonesia pada umumnya.
Ciri-ciri domba ekor tipis :
- Termasuk golongan domba berperawakan kecil, dengan berat badan domba jantan 30-40 kg dan domba betina 15-20 kg.
- Bulu wolnya gembel berwarna putih dominan dengan warna hitam di sekeliling mata, hidung, dan beberapa bagian tubuh lain.
- Ekornya tidak menunjukkan adanya desposisi lemak.
- Telinga umumnya medium sampai kecil dan sebagian berposisi menggantung.
- Domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina umumnya tidak bertanduk.
Keunggulan domba ekor tipis ini adalah bersifat prolific (dapat
melahirkan anak kembar 2-5 ekor setiap kelahiran), mudah berkembang biak
dan tidak dipengaruhi musim kawin, serta mampu beradaptasi pada daerah
tropis dan makanan yang buruk.
5. Domba Ekor Gemuk (Domba Kibas)
Domba
Ekor Gemuk dikenal juga dengan nama Domba Kibas (di Jawa), juga dikenal
sebagai domba Donggala, yang sekarang sudah dipatenkan menjadi domba
ekor gemuk lokal Palu dari Sulawesi Tengah. Domba ini berasal dari Asia
Barat atau India yang dibawa oleh pedagang bangsa Arab pada abad ke-18.
Pada sekitar tahun 1731 sampai 1779 pemerintah Hindia Belanda telah
mengimpor domba Kirmani, yaitu domba ekor gemuk dari Persia.
Pada awalnya domba Ekor Gemuk berkembang di Jawa Timur, Madura,
Sulawesi, dan Nusa Tenggara (terutama di Lombok). Namun saat ini sudah
berkembang di seluruh Indonesia.
Domba ini beradaptasi dan tumbuh lebih baik di daerah beriklim kering.
Ciri-ciri domba ekor gemuk :
- Bentuk badannya sedikit lebih besar daripada domba lokal lainnya.
- Berat domba jantan mencapai 40-60 kg, sedangkan domba betina 25-50 kg.
- Tinggi badan pada jantan dewasa antara 52 – 65 cm, sedangkan pada betina dewasa 47 – 60 cm.
- Warna bulu wolnya putih dan kasar.
- Ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar
merupakan timbunan lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil karena tidak
terjadi penimbunan lemak. Cadangan lemak di bagian ekor berfungsi
sebagai sumber energi pada musim paceklik.
- Dada terlihat serasi dan kuat seperti bentuk perahu, ke empat
kakinya kalau jalan agak lamban karena menanggung berat badan dan
ekornya yang gemuk.
- Umumnya domba jantan tidak bertanduk dan hanya sedikit yang mempunyai tanduk kecil, sedangkan yang betina tidak bertanduk.
- Keunggulan Domba Domba ekor gemuk ini adalah tahan terhadap panas dan kering.
6. Domba Hampshire
Domba
Hampshire dikembangkan di daerah Hampshire, Inggris, pada abad ke-19
melalui persilangan antara domba Southdown jantan dengan domba betina
keturunan Wiltshire Horn dan Berkshire Knot.
Ciri-ciri Domba Hampshire :
- Wajah berwarna gelap
- Bulu panjang dan tebal berwarna coklat.
- Telinga agak melengkung.
- Kaki berwarna hitam dan tidak ditutupi wol
7. Domba Polwarth
Domba Polwarth merupakan tipe dual-purpose, dikembangkan di Victoria,
Australia sejak tahun 1880. Merupakan persilangan antara Merino (75%)
dan Lincoln (25%).
Domba Polwarth memiliki tubuh yang besar, tegap, pemeliharaannya
mudah dan memiliki produktivitas wool yang tinggi dengan serat bulu
berdiameter antara 22-25 mikron.
8. Domba Portland
Domba Portland berasal dari Inggris dan merupakan salah satu breed Dorset.
Bertubuh kecil dan dipenuhi oleh wool kecuali pada bagian wajah dan
kaki bagian bawah yang berwana kecoklatan. Domba yang baru lahir
berwarna dan berwarna agak keputih-putihan atau abu-abu selama beberapa
awal bulan kehidupan. Tanduk muncul setelah dewasa dan berbentuk spiral.
9. Domba Rambouillet
Domba Rambouillet berasal dari Prancis disebut juga Merino Prancis. Domba Rambouillet merupakan tipe dwiguna.
Ciri-ciri Domba Rambouillet :
- Badan besar, dalam, lebar dan padat dengan tulang-tulang yang kuat.
- Kepala tegak.
- Domba jantan bertanduk besar sedangkan betina tidak bertanduk.
10. Domba Norwegia (Villsau)
Domba Norwegia merupakan domba primitif yang hidup di daerah Norwegia dan Skandinavia.
Memiliki muka yang kecil dengan kaki yang bagus dan bulu yang
berwarna hampir putih sampai keabu-abuan, cokelat gelap dan hitam. Berat
jantan dewasa sekitar 43 kg dan betinanya 32 kg.
11. Domba Southdown
Domba Southdown berasal dari Inggris dan merupakan tipepedaging.
Ciri-ciri Domba Southdown :
- Tubuh kecil, lebar dan dalam, bentuk bulat, daging padat dan kaki pendek.
- Garis punggung lurus, leher pendek dan tebal.
- Telinga pendek dengan ujung bulat dan tidak bertanduk.
Demikian beberapa jenis kambing dan domba yang banyak diternakkan
baik untuk tujuan penggemukan maupun untuk menghasilkan susu. Semoga
dapat bermanfaat.